©WebNovelPlus
The Shattered Light-Chapter 89: – Cahaya di Antara Kegelapan
Chapter 89 - – Cahaya di Antara Kegelapan
Kaelen mencengkeram pedangnya lebih erat, keringat dingin membasahi pelipisnya. Makhluk-makhluk bayangan itu semakin dekat, mengelilingi mereka seperti gelombang kegelapan yang siap menelan segalanya. Serina, atau entitas yang mengendalikan tubuhnya, berdiri di tengah mereka, senyum tipis terukir di wajahnya.
"Kaelen," suaranya terdengar bergema, seakan berbicara dari dua dunia berbeda. "Kau pikir bisa menyelamatkannya?"
Kaelen tak menjawab. Ia menatap langsung ke mata Serina, mencari secercah kesadaran yang mungkin masih ada di dalamnya. Tapi yang ia temukan hanyalah kehampaan.
Penjaga Ingatan melangkah maju, mengangkat tangannya. "Kita tidak punya banyak waktu. Jika entitas itu menyatu sepenuhnya dengan Serina, dia akan hilang selamanya."
Kaelen menggeram, memfokuskan dirinya. "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
Sebelum Penjaga Ingatan bisa menjawab, salah satu makhluk bayangan melompat ke arah mereka dengan kecepatan yang mengerikan. Kaelen bereaksi cepat, mengayunkan pedangnya. Bilahnya menembus tubuh makhluk itu, tetapi alih-alih terluka, makhluk itu justru meleleh menjadi kabut hitam sebelum kembali terbentuk di belakangnya.
"Serangan biasa tidak akan bekerja!" seru Kaelen.
Penjaga Ingatan mengangguk. "Mereka bukan makhluk fisik. Kita butuh sesuatu yang lebih kuat."
Serina tertawa pelan. "Kalian tak bisa melawan kegelapan dengan senjata biasa. Dunia ini milik kami sekarang."
Kaelen menghela napas dalam-dalam. Ia tahu satu-satunya cara untuk menembus kegelapan ini adalah dengan memanggil cahaya yang tersisa dalam dirinya. Kekuatan yang selama ini ia takuti, kekuatan yang menuntut pengorbanan. Jika ia menggunakannya, ingatan lain mungkin akan hilang.
Tapi ia tak punya pilihan.
Ia menutup matanya, merasakan aliran energi di dalam dirinya. Cahaya mulai berpendar dari pedangnya, cahaya yang berasal dari kenangan-kenangan yang masih ia genggam erat. Wajah Serina sebelum ia kehilangan dirinya, tawa Lyra, suara gurunya, semuanya berkumpul menjadi satu kekuatan yang membakar di dalam dadanya.
Ketika ia membuka matanya lagi, bilah pedangnya telah berubah. Cahaya putih menyelimuti logamnya, dan aura suci yang jarang ia rasakan kini mengalir di sekelilingnya.
"Kau ingin kegelapan?" Kaelen melangkah maju. "Maka aku akan menunjukkan padamu kekuatan yang menolaknya."
Serina menyipitkan matanya. Untuk pertama kalinya sejak kembali, ada ketidakyakinan dalam tatapannya.
"Serina! Jika kau masih di sana, lawan dia! Jangan biarkan entitas ini mengambilmu!" Kaelen berteriak, mencoba meraih kesadarannya.
Serina terdiam sesaat. Tangan yang menggenggam belati bayangan bergetar. "Aku..."
Tapi sebelum ia bisa melanjutkan, entitas dalam dirinya menggeram, mengendalikan tubuhnya sekali lagi. "Cukup!"
Ia mengangkat tangannya, dan makhluk-makhluk bayangan menyerbu Kaelen dan Penjaga Ingatan. Dengan satu ayunan, Kaelen menebas makhluk pertama yang mendekat. Cahaya dari pedangnya meledak, membakar makhluk itu hingga lenyap. Satu per satu, ia menyerang dengan gerakan cepat, menghindari cakar-cakar gelap yang mencoba mencengkeramnya.
This 𝓬ontent is taken from freeweɓnovel.cѳm.
Penjaga Ingatan bergumam dalam bahasa kuno, menciptakan lingkaran cahaya di sekeliling mereka untuk menahan makhluk yang tersisa. "Aku bisa menahan mereka sementara! Tapi kau harus menyelamatkan Serina sekarang!"
Kaelen mengangguk dan melompat ke depan, menebas serangan-serangan bayangan yang mengarah padanya. Ia mendekati Serina, yang kini tampak berjuang dalam tubuhnya sendiri.
"Kaelen... tolong aku..." suaranya terdengar lebih lemah kali ini.
Di dalam pikirannya, Serina berlari melewati lorong gelap tanpa ujung. Suara bisikan mengelilinginya, menariknya semakin dalam. 'Berhentilah melawan,' suara itu berdesis. 'Kau milikku sekarang.' Tetapi di kejauhan, ia mendengar suara lain. Suara yang hangat. 'Serina, lawan dia!' Kaelen...
Kaelen tidak ragu. Ia menghunus pedangnya, mengarahkannya ke dada Serina. "Maafkan aku, Serina. Aku akan mengakhiri ini."
Dan dengan satu dorongan, ia menusukkan pedangnya langsung ke jantung kegelapan di dalam dirinya.
Jeritan mengerikan bergema di seluruh gua. Cahaya terang meledak dari tubuh Serina, menghancurkan semua bayangan di sekeliling mereka. Makhluk-makhluk yang tersisa menjerit sebelum menghilang sepenuhnya.
Kaelen jatuh berlutut, napasnya terengah-engah. Di hadapannya, Serina terjatuh, tubuhnya kembali seperti semula, tetapi matanya masih tertutup.
Penjaga Ingatan mendekat, meletakkan tangannya di bahu Kaelen. "Kau berhasil."
Kaelen menggenggam tangan Serina. "Serina... bangunlah."
Keheningan menggantung di udara. Untuk beberapa saat, tidak ada yang terjadi.
Lalu, perlahan-lahan, kelopak mata Serina bergetar sebelum akhirnya terbuka.
"Kaelen..." suaranya kembali seperti dulu, lembut dan penuh kehangatan.
Kaelen menahan air matanya, merasa kelegaan yang begitu besar.
Namun, sesuatu terasa aneh. Ia menatap Serina lebih dekat. Sejenak, hanya sejenak, bayangan hitam melintas di irisnya sebelum lenyap begitu saja.
Serina telah kembali.
Namun, jauh di dalam hatinya, Kaelen tahu ini belum berakhir.
Sesuatu yang lebih besar sedang menunggu mereka.