©WebNovelPlus
The Shattered Light-Chapter 99: – Nafas di Ambang Kehancuran
Chapter 99 - – Nafas di Ambang Kehancuran
Langkah mereka berpacu dengan waktu. Gerbang yang menghubungkan dunia ingatan dan kenyataan semakin mengecil, serpihan kegelapan beterbangan di udara, siap menelan segalanya. Kaelen menggenggam lengan Darius, membantu kakaknya berdiri meskipun tubuhnya masih lemah. Serina berlari di samping mereka, sesekali menoleh ke belakang, memastikan tidak ada bahaya yang mengejar.
Pria bertudung berlari lebih dahulu menuju gerbang. "Cepat! Begitu gerbang ini tertutup, kita akan terjebak selamanya!"
Darius terhuyung. "Kaelen... aku tidak bisa..."
"Kau bisa!" Kaelen bersikeras, menarik kakaknya maju. "Aku tidak akan kehilanganmu lagi!"
Tiba-tiba, dari celah di langit, sesuatu turun. Sosok hitam raksasa dengan sayap berselimut kabut gelap membentangkan tubuhnya di atas mereka. Matanya bersinar merah, suaranya menggema seperti bisikan seribu jiwa yang tersiksa.
"Kalian pikir bisa pergi begitu saja?"
Serina mencabut pedangnya, bersiap bertarung. "Apa lagi sekarang?!"
Pria bertudung menyipitkan mata. "Itu adalah Penjaga Kegelapan. Jika kita tidak bisa melewatinya, kita tidak akan pernah keluar dari sini."
Kaelen menghunus pedangnya, tetapi Darius menahan tangannya. "Tidak... ini tugasku. Aku yang membuka jalan bagi kegelapan ini, dan aku yang harus menutupnya."
Kaelen menatap Darius dengan gelisah. "Apa maksudmu?"
Darius menarik napas dalam. "Aku masih memiliki sebagian dari kekuatan kegelapan di dalam diriku. Jika aku menggunakannya dengan benar... aku bisa menghancurkan Penjaga itu."
Serina menggeleng. "Tidak, Darius. Tubuhmu baru saja terbebas dari pengaruhnya. Jika kau mencoba menggunakannya lagi, kau bisa kembali terjebak."
Read latest chapters at freёweɓnovel.com Only.
Darius tersenyum lemah. "Mungkin begitu. Tapi aku tidak bisa membiarkan kalian mati di sini."
Kaelen mengepalkan tinjunya. "Tidak. Kita akan mencari cara lain."
Namun, Penjaga Kegelapan sudah mulai bergerak. Dengan kepakan sayapnya, ia mengeluarkan pusaran bayangan yang menyapu medan perang. Serina dan pria bertudung terlempar ke belakang, sementara Kaelen dan Darius berusaha tetap berdiri.
Darius menatap Kaelen dengan kesedihan di matanya. "Maaf, adikku. Aku harus melakukan ini."
Sebelum Kaelen sempat menghentikannya, Darius melangkah maju, mengangkat kedua tangannya. Energi hitam berputar di sekelilingnya, tetapi kali ini, ada percikan cahaya di dalamnya—sebuah keseimbangan antara kegelapan dan terang.
Penjaga Kegelapan melengking marah. "Kau berani melawanku dengan kekuatan yang sama?!"
Darius tersenyum tipis. "Aku tidak akan melawanmu. Aku akan mengakhirimu."
Dengan satu gerakan, Darius melepaskan seluruh energi yang tersisa dalam dirinya. Ledakan cahaya dan kegelapan menyatu, menghantam tubuh Penjaga Kegelapan dengan kekuatan yang cukup untuk mengguncang seluruh dunia ini.
Kaelen menatap dengan horor saat tubuh kakaknya mulai menghilang dalam cahaya itu.
"DARIUS!"
Darius menoleh padanya, senyum damai di wajahnya. "Kaelen... jalani hidupmu. Jangan biarkan kegelapan menguasaimu lagi..."
Saat cahaya semakin terang, Kaelen melihat sesuatu yang aneh—sesaat sebelum Darius benar-benar lenyap, ada bayangan lain yang muncul di dalam cahaya itu. Sosok samar yang seakan menunggu, tetapi sebelum Kaelen bisa mengenali siapa atau apa itu, semuanya meledak.
Kaelen tersadar dengan napas memburu. Ia, Serina, dan pria bertudung kini berdiri di tanah yang kokoh—dunia nyata. Gerbang di belakang mereka telah lenyap, seakan tak pernah ada.
Tetapi Darius tidak ada di sana.
Kaelen jatuh berlutut, jari-jarinya mencengkeram tanah. "Tidak..."
Serina menaruh tangannya di pundak Kaelen, matanya sendu. "Dia menyelamatkan kita semua."
Pria bertudung menghela napas. "Dan mungkin... suatu hari nanti, kita bisa menyelamatkannya juga."
Kaelen mengangkat kepalanya, menatap langit yang kini kembali biru. Lalu, suara samar bergema di kepalanya—sebuah bisikan yang nyaris tak terdengar.
"Jangan lupakan aku, Kaelen..."
Matanya melebar, tetapi ketika ia menoleh ke belakang, tidak ada siapa pun di sana.
Kaelen menarik napas panjang, mengepalkan tinjunya. Ini belum berakhir. Ia akan menemukan jawaban, akan mencari jalan untuk membawa kakaknya kembali. Karena satu hal yang pasti—Darius belum benar-benar hilang darinya.